Makan. Lapar Mata? Iya, itu adalah sebuah kondisi dimana mata memiliki hasrat makan lebih besar daripada perut. Mata mengirimkan sinyal lapar ke otak terhadap semua makanan, baik gambar, dami maupun menu tersaji dan tidak mengindahkan sinyal keterbatasan kapasitas perut. Situasi lapar mata ini biasanya terjadi menjelang berbuka puasa atau setelah beberapa lama kita tidak makan/ minum. Dan, hal ini pun terjadi pada kami; saya Achmad Annama (Anam) dan istri saya Merry Samsuri (Merry).
Ceritanya, saat itu Minggu, 6 Agustus 2011 kami baru saja pulang menjelajah 3 tempat eksotik di Balikpapan (Kawasan Wisata Pendidikan; Rumah Beruang Madu, Bukit Bangkirai dan Penangkaran Buaya-Tritip). Setelah ngabuburit yang cukup melelahkan itu, kami putuskan untuk berbuka puasa di Resto Mr. Koki yang terletak di Jl. Jend. Sudirman, Balikpapan Selatan. Letaknya di pinggir jalan tidak jauh dari Hotel Le Grandeur. Setelah duduk, kami diberikan menu yang ukurannya sangat besar dengan gambar-gambar yang membuat air liur menetes. Saya dan istri silih berganti menyebutkan menu-menu yang diinginkan. Tanpa terasa, beberapa menu sudah terpilih; Kepiting Saos Padang, Fu Yung Hai dan Kangkung Cah Udang untuk santapan makan malam. Sedangkan Es Kelapa Muda, Es Jeruk dan Pisang Goreng (pisgor) Tse Zuan untuk berbuka puasa.
Kami masih belum menyadari lapar mata ini hingga semua makanan terhidang. Mata kami terbelalak! Subhaanallah, banyak sekali makanan yang terhidang. Orang-orang di meja lain bahkan sempat beberapa kali melirik ke meja kami. Mengetahui itu, muka kami pun memerah dan saling berpandangan, bertanya dalam hati "Sanggupkah kita menghabiskan semuanya?". Lalu kami pun tersenyum. Adzan Maghrib di belahan tengah bumi Nusantara pun berkumandang dan kami mulai dengan menyantap menu berbuka puasa. Saya teguk es jeruk hingga setengah gelas dan menikmati beberapa potong pisgor-nya. Istri menikmati es kelapa muda langsung dari batoknya sambil sesekali mengerok dagingnya yang masih muda dan lembut. Kami pun sepakat untuk meminggirkan pisgor untuk kemudian dibungkus.
Berikutnya kami menikmati santapan utama. Pertama, bagian demi bagian tubuh kepiting kami sikat ditemani suapan-suapan nasi. Nikmat, dagingnya manis dan gurih. Diselingi pula dengan tumis kangkung yang sedap dengan beberapa ekor udang yang menggiurkan. Sesekali kami juga mencuil fu yung hai. Meskipun memakan waktu sedikit lebih lama, akhirnya porsi kepiting dan kangkung tandas juga. Alhamdulillah! Lengkap sudah perjalanan hari ini. Sayang, fu yung hai yang juga enak itu harus kami bungkus. Beserta pisgor, keduanya akan kembali menemani kami saat sahur.
2 komentar:
hmm, ngeliat postingan ini jadi lapar ni perut gue.,..
Lapar mata, mas ana? :p
Posting Komentar