Sebagai seorang trainer, tentunya saya harus menyampaikan sesuatu berdasarkan fakta. Dan kali ini, mengacu pada materi keselamatan berkendara dari Jakarta Defensive Driving Clinic (JDDC), saya akan membantu meluruskan mitos-mitos tersebut. JDDC sendiri adalah operator pelatihan keselamatan berkendara pertama dan satu-satunya di Indonesia. Berbekal itu, Alhamdulillah sampai saat ini saya sering pulang-pergi ke Bandung dengan tetap sehat wal afiat.
Berikut mitos-mitos terkait mengemudi di jalan tol disertai fakta yang akan meluruskannya:
1. Jalan tol adalah jalan bebas hambatan, pengemudi dapat melaju dengan aman;
MITOS! Faktanya:Di jalan tol Cipularang terdapat banyak rintangan, diantaranya: tikungan, tanjakan dan turunan dengan derajat ketajaman bervariasi hingga tingkat ekstrim, lintasan melengkung yang kadang tergenang air dan dorongan angin samping saat tiba di celah-celah bukit.
2. Ukuran tinggi dan besar kendaraan tidak mempengaruhi cara kita mengemudi;
MITOS! Faktanya:Semakin tinggi bentuk kendaraan maka semakin tidak stabil saat kecepatan tinggi. Semakin besar bentuk kendaraan akan mempengaruhi momentum inersia kendaraan tersebut, sehingga jarak pengereman pun semakin panjang! Haluan/ Radius putarnya pun semakin besar. Berat kendaraan juga mempengaruhi gaya melebar/ menyamping saat menikung.
3. Jarak pengereman tidak dipengaruhi bentuk dan berat kendaraan tapi ditentukan sistem pengereman kendaraan itu sendiri;
MITOS! Faktanya:Jarak pengereman ditentukan beberapa faktor, yaitu: kondisi fisik dan perilaku pengemudi, kondisi, bobot dan kecepatan kendaraan, kondisi lintasan dan cuaca.
4. Mayoritas penyebab ban pecah di jalan tol akibat tekanan angin berlebih (over pressure)
MITOS! Faktanya:Over pressure tidak membuat ban mudah pecah namun mempengaruhi kemampuan traksi ban terhadap permukaan jalan. Pressure yang kurang dari rekomendasi pabrik juga dapat membuat bahan pada side wall/ dinding ban mengalami keletihan/ fatigue berat akibat terlalu intensnya elasitas ban menerima beban.
5. Mengemudi pada lintasan menurun dengan kecepatan tinggi tidak berbeda dengan permukaan/ lintasan datar
MITOS! Faktanya:Kecepatan tinggi saat lintasan menurun beresiko tinggi kecelakaan! Terjadi perubahan inti gravitasi dan distribusi bobot, handling kendaraan menjadi sangat sensitif. Saat kendaraan bergerak tidak sesuai keinginan pengemudi, respons terlalu spontan tanpa sempat berpikir menggunakan logika. Inilah awal petaka!
6. Karena lancar dan tidak padat, resiko kecelakaan di jalan tol lebih rendah
MITOS! Faktanya:Resiko kecelakaan justru lebih massif dan dahsyat! Pengemudi cenderung mengebut dengan kecepatan tinggi, sehingga momentum yang dihasilkan jauh lebih besar dan sulit dikendalikan.
7. Dibandingkan jalan biasa, mengemudi di jalan tol tidak perlu konsentrasi tinggi
MITOS! Faktanya:Secara umum, jalan tol itu lebar, lancar, cepat dan monoton dengan resiko kecelakaan tinggi sehingga justru memerlukan konsentrasi lebih tinggi. Kenapa? Karena situasi tersebut membuat fisik cepat letih, kewaspadaan menurun dan adrenalin tinggi untuk memacu kendaraan semakin cepat dan cepat.
8. Kecepatan kendaraan tidak mempengaruhi kestabilan kendaraan
MITOS! Faktanya:Setiap pergerakan kendaraan akan menimbulkan momentum dan gaya sentrifugal! Semakin cepat maka semakin besar momentum dan gaya sentrifugalnya, sehingga mengurangi kestabilan kendaraan dan menjadi liar (selip, understeer, oversteer, dll)
9. Saat ada masalah, tindakan pertama adalah pengereman
MITOS! Faktanya:Menghadapi masalah (selip, pecah ban, menghindari kendaraan lain) harus diawali proses analisa logika diikuti keputusan dan tindakan yang cepat dan tepat. Pengereman bukan selalu solusi, bila dilakukan di saat dan tempat yang keliru akan menimbulkan masalah baru.
10. Tidak ada perbedaan mengemudi baik dengan kecepatan tinggi maupun rendah di lintasan menikung
MITOS! Faktanya:Prinsipnya, ketika kendaraan melaju dengan kencang, kestabilannya berkurang, cenderung sensitif, sulit dikendalikan. Kurangi kecepatan sejak lintasan lurus/ sebelum mengubah arah kemudi, buat lintasan menikung selebar mungkin (tight in tight out), jangan melambat saat di tikungan dan pertahankan kecepatannya.
11. Bila letih maka kunyah permen, merokok, minum kopi, minuman berenergi atau suplemen, mengobrol dengan penumpang dan atau membuka kaca agar terkena angin
MITOS! Faktanya:Keletihan berat (Automatic Behavior Syndrom) diakibatkan antaranya oleh akumulasi kurang tidur, bekerja berlebihan dan sakit. Pada kondisi ini, kemampuan interpretasi akan menurun, logika memburuk dan kontrol tubuh berkurang. Cara-cara tersebut diatas takkan membantu banyak. Apalagi bila minum kopi dan minuman berenergi karena justru akan membuat stamina semakin melorot dan mendorong sering buang air kecil. Berhentilah! Rehat, tidur beberapa saat akan membantu mengembalikan kebugaran. Tapi, rehat yang terbaik adalah tidur pulas.
12. Perjalanan malam lebih aman karena sepi dan lampu mobil terang
MITOS! FaktanyaSesuai jam biologis tubuh manusia/ Circadian Rhythm, malam diciptakan untuk rehat dan tidur bagi manusia. Seterang-terangnya lampu penerangan jalan raya (PJR) dan lampu kendaraan, tetap lebih terang matahari. Lagipula, kondisi dan situasi yang sepi memicu pemakai kendaraan terlena dan tidak waspada.
13. Mengemudi dengan kecepatan rendah jauh lebih aman daripada kecepatan tinggi
MITOS! Faktanya:Bahaya! Kecepatan kendaraan justru harus disesuaikan dengan kondisi jalan di depan kita, perbedaan kecepatan yang cukup signifikan tidak disarankan! Jika terlalu pelan, akan membahayakan diri sendiri dan pemakai jalan lain yang berkecepatan tinggi. Bila terlalu tinggi, kendaraan akan sulit dikendalikan.
Nah, itulah 13 mitos yang selama ini dipercaya sebagai fakta oleh kita semua. Padahal kenyataannya sangat jauh dari kebenaran. Mudah-mudahan dengan adanya artikel ini dapat mengurangi tingkat kecelakaan di jalan tol dan membuat kita semua semakin waspada. Safety First!
0 komentar:
Posting Komentar