Makan. Beberapa hari kemarin, istriku Merry Samsuri (Merry) dikirim dinas kantornya Family Health International (FHI) 360 ke Jogjakarta untuk menghadiri dan mengikuti Pertemuan Nasional (Pernas) AIDS 2011. Pulangnya, aku sendiri mendapat sekotak bakpia dengan merk Pia-pia. Dari 3 pilihan rasa; orisinil, keju dan coklat, aku mendapatkan yang pertama. Sekotak berisi 15 bakpia besar yang renyah dengan rasa manisnya terasa pas di lidah. Pia-pia sendiri adalah cara lain menikmati bakpia jogja yang umumnya berbentuk lebih kecil dan berpusat di daerah Pathuk. Semua bakpia diberi merk sesuai nomor rumah produsen masing-masing. Pia-pia sendiri bisa dibeli sebagai oleh-oleh di daerah Kaliurang.
Bila kita melihat sejarah, sebenarnya bakpia bukanlah penganan asli. Bakpia, awalnya adalah kudapan khas Tiongkok berupa kue daging. Kata bakpia berasal dari dialek Hokkien bak yang berarti daging babi dan pia yang berarti kue. Karena masyarakat Jogja umumnya umat Islam, maka isian daging babi dalam kue diganti dengan kacang hijau. Lalu rasanya semakin berkembang dan inovatif, seperti kumbu hitam, coklat dan keju. Berawal dari situ pula, Pia-pia menanggalkan kata bak yang konotasinya negatif dan mengulang kata pia, sehingga memiliki arti kue-kue.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
kangen yogya...
kangen cemilannya
Posting Komentar