Main. Kemarin Minggu, 21 Agustus 2011 saya Achmad Annama (Anam) bersama istri Merry Samsuri (Merry) ikut acara Ngonthel Kampung Arab; Menelusuri Jejak Islam di Batavia yang diselenggarakan Komunitas Historia Indonesia (KHI). Acara dimulai di Museum Bank Indonesia (MBI) dengan registrasi ulang, perkenalan, pengarahan dan pembagian kelompok. Setelah masing-masing peserta mendapatkan onthel-nya, acara pun dimulai. Onthel pun bergerak menuju Kali Besar.
Kali Besar (Groote Kanaal) adalah sungai asli Batavia yang kemudian diluruskan dengan kanal-kanal yang dibuat Belanda pada 1630an. Karena pada akhir abad 19 ini merupakan pusat perkantoran maka kawasan ini sangat ramai, terutama dengan lalu lalangnya kapal-kapal dagang Belanda. Sekarang yang tersisa hanya sungai dangkal yang hitam berbau dan nama jalannya saja; Jalan Kali Besar.
Perjalanan pun dilanjutkan melewati kawasan Asemka/ Pasar Pagi Lama. Lurus terus dari jembatan menuju Jl. Telepon Kota, kita akan menemukan Jalan Tiang Bendera (Malaischeweg). Nama jalan itu berasal dari tradisi Kapiten Cina yang akan mengibarkan bendera di tiang di atap rumahnya tiap bulannya. Ini pertanda dia akan mengutip upeti/ pajak dari warga-warga Cina yang tinggal disitu. Perlu diketahui, Belanda memisahkan tempat tinggal di Batavia sesuai etnisnya. Dan, tiap lokasi itu akan dinamai sesuai etnis tersebut, misal Kampung Arab/ Pekojan, Kampung Cina/ Pecinan, Kampung Jawa dan lain sebagainya. Kemudian, Belanda akan menunjuk seorang Kapiten sebagai kepanjangan tangannya.
0 komentar:
Posting Komentar