Sebagai seorang pria, setelah kita mengucapkan akad nikah, maka telah sah lah wanita pujaan hati kita menjadi istri sehidup semati. Tiada satu pun yang dapat memisahkan, bahkan maut sekalipun. Apalagi bila kita baca secara seksama di belakang Buku Nikah, bagian Sighat Taklik. Di lembar yang telah kita tanda tangani ini kita berjanji dengan sesungguh hati akan menepati kewajiban sebagai seorang suami dan mempergauli istri dengan baik (mu’asyarah bil ma’ruf) sesuai syariat Islam. Tapi bagaimana bila tiba-tiba kita tahu kalau istri kita adalah orang dengan HIV/ AIDS (ODHA)? Apa yang akan anda lakukan? Apakah akan tetap menepati janji atau justru menjilat ludah sendiri?
Pasti bukan pertanyaan yang sulit untuk dijawab. Karena sejak remaja, bahkan mulai anak-anak kita sudah menerima informasi turun temurun yang keliru tentang HIV/ AIDS. Virus atau penyakit ini dianggap kutukan Tuhan kepada hamba-hamba yang berdosa. Sehingga sampai saat ini pun masih banyak di antara kita yang merasa jijik bila bertemu ODHA. Karena HIV/ AIDS dianggap hanya bisa menular lewat hubungan seks, baik dengan lawan jenis maupun sejenis. Tak pernah terpikir kalau HIV/ AIDS pun dapat ditularkan melalui transfusi darah, penggunaan peralatan yang tidak steril secara bersama-sama hingga penularan ibu kepada anaknya.
Semakin sulit dijawab karena yang timbul di benak kita adalah negative thinking. Jangan-jangan istri kita ini tidak sesuci yang dibayangkan, berperilaku seks bebas atau pengguna narkoba aktif. Stop! Jangan dilanjutkan praduga buruk itu. Pengakuan tulus ikhlas dari pasangan kita itu sudah merupakan sebuah pengorbanan besar. Semuanya tinggal bergantung pada kita, apakah mampu menjawabnya dengan tanggung jawab tinggi? Dia adalah satu-satunya orang yang kita kasihi dan sayangi. Dan ingat, pernikahan bukanlah menyatukan dua orang yang sama-sama sempurna tapi perpaduan dua sosok yang saling mengisi dengan cinta sehingga hidup ini dijalani dengan sempurna.
Lalu, apa yang harus kita lakukan bila ternyata istri atau pasangan kita adalah ODHA? Banyak! Ada beberapa hal penting yang harus dilakukan, mengingat dengan pendampingan yang baik, maka ODHA pun dapat mempunyai harapan hidup yang sama dengan kita. Pertama, Jadi diri kita sendiri, apa adanya dan jangan berubah! Ini penting sebagai bentuk dukungan moril awal kepadanya. Tetaplah menatapnya dengan senyum, menciumnya dengan hangat dan memeluknya dengan mesra. Seakan tak ada apapun yang terjadi.
Kedua, beri dukungan berkelanjutan. Temani saat-saat dia harus konsultasi dan berkunjung ke dokter untuk konsultasi. Ingatkan waktu makan dan minum obat. Jangan bicarakan masa lalunya, apalagi bertanya kenapa dia bisa menjadi ODHA. Kecuali jika dia cerita sendiri tanpa paksaan. Luangkan waktu berkualitas sesering mungkin untuk jalan-jalan, wisata alam atau sekedar pergi ke Mal untuk meringankan beban pikirannya.
Berikutnya, Lakukan tes Voluntary Counseling and Test (VCT) untuk mengetahui kondisi anda apakah sudah terinfeksi atau belum. Ini penting, karena anda dapat merencanakan masa depan dengan lebih baik, terutama tentang memiliki keturunan, perencanaan keuangan hingga menyusun jadwal kebersamaan dengannya. Keempat, bila hasil VCT anda negatif, anda harus mulai berpikir untuk menggunakan kondom saat berhubungan dengannya. Tidak perlu takut sehingga anda memutuskan untuk tidak menggaulinya. Untuk keputusan memiliki anak, sebaiknya konsultasikan terlebih dulu dengan dokter yang berkompeten.
Terakhir, gali informasi sebanyak mungkin tentang HIV/ AIDS, ODHA dan kelompok sebaya dari sumber-sumber terpercaya. Jangan segan dan malu untuk bertanya sehingga semuanya menjadi jelas. Kelompok sebaya juga menjadi tempat yang tepat untuk bertukar pikiran, karena pengalaman mereka menangani sesama ODHA dengan penguatan mental dan psikologis. Sehingga anda dapat memastikan dukungan yang tepat bagi kekasih.
Ya, bicara tentang ODHA bukan bicara pesimistis bahwa belum ada obatnya, ajalnya sudah dekat atau kurangnya perhatian pemerintah. Tapi, bicara ODHA, apalagi bila ini terkait pasangan kita, adalah penguatan hati dan keteguhan jiwa: Optimis! Yang terpenting adalah perubahan sikap dan perilaku, dari acuh tak acuh menjadi peduli, dari cinta menjadi semakin cinta dan bukan justru sebaliknya. Karena, kita, kasih sayang kita dan doa kita lah obat terbaik untuknya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
4 komentar:
semoga tidak terjadi hal2 seperti ini :)
moga lolos ya ;)
Salam kenal,
Sesama peserta GoVlog yah
nice post
:D
kunjungi balik yah. :)
jadi kepingin ikutlomba nih...heheh
@Ca Ya: Amiiin... Blog kamu juga bagus
@Habiblubis: Salam kenal juga. Terima kasih. Sudah sya kunjungi blognya, keren!
@Rendy: Silakan ikut bro...
Posting Komentar