Makan. Semur, masakan berkuah warna cokelat, banyak menyimpan kisah pernikahan antarbudaya. Tercatat ada lima budaya yang ikut meramu makanan dengan sumber bahan protein hewani ini, diantaranya budaya Eropa, Timur Tengah, India, Tiongkok dan Indonesia. Nama semur sendiri diberikan orang Belanda, dari kata stomerijj atau steamer (kukusan). Kala itu mayoritas orang Belanda memiliki pekerja orang Indonesia. Mereka berteriak memasak dalam stomerijj, tapi terdengar smoor lalu menjadi semur.
Namun cara memasaknya murni dari Indonesia. Indonesia sudah mengenal tradisi mengolah daging dan ikan sejak masa berburu dan meramu pada abad 9 Masehi. Bukti tersebut tersurat dalam relief di Candi Borobudur dan Candi Prambanan. Lalu masuk tradisi dari bangsa pendatang India dan Timur Tengah melalui rempah-rempahnya. Terakhir, bentuk masakan dan cita rasa kecap dipengaruhi unsur Tionghoa peranakan. Meski begitu, perlu diingat kecap yang dipakai adalah kecap manis asli Indonesia. Karena Tiongkok hanya mengenal kecap asin. Jadi warna yang hitam manis dan rasa hangat rempah menunjukkan masakan ini asli Indonesia.
Lalu, sebenarnya masakan seperti apa yang layak disebut semur? Semur masuk dalam jenis masakan yang dimasak lama (slow cooking). Memasaknya butuh api kecil dalam waktu lama dengan isi protein hewani, ikan atau daging. Ciri khasnya adalah bumbu rempah berupa cengkeh atau pala dan kecap manis. Enak!
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
wah jadi pengen makan ni, lihat makanannya. Salam kenal
Posting Komentar