Kaget
rasanya ketika membaca berita di sebuah laman internet bahwa 3 kecamatan di
kota Bekasi menjadi daerah rawan penyebaran virus HIV/ AIDS. What? Kota industri
yang menjadi satelit Jakarta ini? Tak jauh dari tempat tinggal istri dan orang
tuaku di Tanjung Priok, Jakarta Utara... Wow! 3 kecamatan itu adalah Jatisampurna,
Jatikarya dan Bantargebang. Apa yang ada dalam benak anda setelah
mengetahuinya? Saya sendiri miris terhadap fakta ini, mengingat jaraknya dengan
Jakarta, harusnya hal ini harus cepat diketahui dan tertanggulangi.
Menurut
data yang dimiliki lembaga swadaya masyarakat (LSM) Mitra Sehati, Orang Dengan
HIV/ AIDS (ODHA) di Bekasi hingga akhir tahun lalu sudah ratusan kasus. Dengan
rincian 568 kasus HIV dan 664 kasus AIDS. Sebuah jumlah yang tidak sedikit untuk
kota yang sedang berkembang, menjadi bagian besar megapolitan. Apalagi selama
ini kita mengenal Bekasi sebagai Kota Patriot, kotanya para pahlawan sebagaimana
tersebut dalam puisi legendaris Chairil Anwar “Kerawang-Bekasi”.
Apa
pemicunya? Ternyata di 3 kecamatan ini dipenuhi tempat-tempat hiburan yang
berbau esek-esek, seperti panti pijat, diskotek, karaoke, kafe-kafe dan
beberapa lokalisasi terselubung. Belum lagi para pekerja seks komersial (PSK)
yang berkeliaran di tempat-tempat yang remang-remang, salah satunya di seputar
Stadion Patriot-Bekasi. Semakin lengkap saja karena pemerintah daerah (pemda)
sepertinya menutup mata dan membiarkan semua ini terjadi. Mungkin hanya
beberapa LSM saja yang peduli, upayanya pun berkisar hanya pada pemberian
kondom dan jarum suntik cuma-cuma dan konsultasi gratis.
Padahal,
itu saja belum cukup karena hanya menyentuh puncak gunung es permasalahan saja.
Sedangkan bagian bawahnya masih perlu banyak perhatian. Apalagi, tempat-tempat
hiburan berbau esek-esek tersebut tak jauh dari pemukiman warga, kalau tak mau
dibilang hampir membaur dengan mereka. Bisakah anda bayangkan berapa banyak
anak-anak dan remaja, baik laki-laki maupun perempuan generasi penerus bangsa
yang akan ikut teracuni pikiran dan perilakunya?
Inilah
dampak dari pemerintah hanya fokus pada pembangunan fisik semata dan
mengesampingkan pembangunan mental. Pemda berpikir kota Bekasi sudah makmur
sejahtera hanya dengan melihat jalan-jalan raya yang mulus, mal dan perkantoran
berdiri megah, perumahan yang bermunculan bak jamur di musim hujan dan
pendapatan asli daerah (PAD) yang semakin meningkat. Sementara, ada bahaya
laten dan bom waktu berupa kerusakan moral bernama HIV/AIDS. Semata, disebabkan
kurangnya komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) yang tepat dan terarah bagi
warga Bekasi khususnya anak-anak dan remaja.
Seyogyanya
keluarga sebagai titik awal pendidikan individu bekerja sama dengan pemda dan
LSM dalam memberikan pemahaman yang baik dan benar tentang bahaya dari perilaku
seks bebas yang mulai mewabah dan apa dampaknya bagi masa depan bagi mereka
generasi penerus. Bentuknya bisa berupa penyuluhan, musik, komik, film maupun
kegiatan positif bermanfaat lainnya. Pemda juga harus membuat aturan yang ketat
dan menyuluh sehingga berbagai bentuk prostitusi terselubung dapat diberantas.
Bekerja sama dengan LSM, memberikan pendampingan dan pelayanan kesehatan yang
memadai bagi para pengidap. Harapannya, ke depan kota Bekasi akan dapat
terbebas dari penyebaran HIV/ AIDS. Semoga!
2 komentar:
Betul-betul. Peran pemerintah dalam meminimalisir penyebaran AIDS harus lebih optimal
@CIAR: Setuju sekali, pak... Mudah2an saja!
Posting Komentar