Ads 468x60px

Senin, 14 November 2011

Belajar dari tingginya Kasus HIV/ AIDS di Bekasi


Kaget rasanya ketika membaca berita di sebuah laman internet bahwa 3 kecamatan di kota Bekasi menjadi daerah rawan penyebaran virus HIV/ AIDS. What? Kota industri yang menjadi satelit Jakarta ini? Tak jauh dari tempat tinggal istri dan orang tuaku di Tanjung Priok, Jakarta Utara... Wow! 3 kecamatan itu adalah Jatisampurna, Jatikarya dan Bantargebang. Apa yang ada dalam benak anda setelah mengetahuinya? Saya sendiri miris terhadap fakta ini, mengingat jaraknya dengan Jakarta, harusnya hal ini harus cepat diketahui dan tertanggulangi.

Menurut data yang dimiliki lembaga swadaya masyarakat (LSM) Mitra Sehati, Orang Dengan HIV/ AIDS (ODHA) di Bekasi hingga akhir tahun lalu sudah ratusan kasus. Dengan rincian 568 kasus HIV dan 664 kasus AIDS. Sebuah jumlah yang tidak sedikit untuk kota yang sedang berkembang, menjadi bagian besar megapolitan. Apalagi selama ini kita mengenal Bekasi sebagai Kota Patriot, kotanya para pahlawan sebagaimana tersebut dalam puisi legendaris Chairil Anwar “Kerawang-Bekasi”.

Apa pemicunya? Ternyata di 3 kecamatan ini dipenuhi tempat-tempat hiburan yang berbau esek-esek, seperti panti pijat, diskotek, karaoke, kafe-kafe dan beberapa lokalisasi terselubung. Belum lagi para pekerja seks komersial (PSK) yang berkeliaran di tempat-tempat yang remang-remang, salah satunya di seputar Stadion Patriot-Bekasi. Semakin lengkap saja karena pemerintah daerah (pemda) sepertinya menutup mata dan membiarkan semua ini terjadi. Mungkin hanya beberapa LSM saja yang peduli, upayanya pun berkisar hanya pada pemberian kondom dan jarum suntik cuma-cuma dan konsultasi gratis.

Padahal, itu saja belum cukup karena hanya menyentuh puncak gunung es permasalahan saja. Sedangkan bagian bawahnya masih perlu banyak perhatian. Apalagi, tempat-tempat hiburan berbau esek-esek tersebut tak jauh dari pemukiman warga, kalau tak mau dibilang hampir membaur dengan mereka. Bisakah anda bayangkan berapa banyak anak-anak dan remaja, baik laki-laki maupun perempuan generasi penerus bangsa yang akan ikut teracuni pikiran dan perilakunya?

Inilah dampak dari pemerintah hanya fokus pada pembangunan fisik semata dan mengesampingkan pembangunan mental. Pemda berpikir kota Bekasi sudah makmur sejahtera hanya dengan melihat jalan-jalan raya yang mulus, mal dan perkantoran berdiri megah, perumahan yang bermunculan bak jamur di musim hujan dan pendapatan asli daerah (PAD) yang semakin meningkat. Sementara, ada bahaya laten dan bom waktu berupa kerusakan moral bernama HIV/AIDS. Semata, disebabkan kurangnya komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) yang tepat dan terarah bagi warga Bekasi khususnya anak-anak dan remaja.

Seyogyanya keluarga sebagai titik awal pendidikan individu bekerja sama dengan pemda dan LSM dalam memberikan pemahaman yang baik dan benar tentang bahaya dari perilaku seks bebas yang mulai mewabah dan apa dampaknya bagi masa depan bagi mereka generasi penerus. Bentuknya bisa berupa penyuluhan, musik, komik, film maupun kegiatan positif bermanfaat lainnya. Pemda juga harus membuat aturan yang ketat dan menyuluh sehingga berbagai bentuk prostitusi terselubung dapat diberantas. Bekerja sama dengan LSM, memberikan pendampingan dan pelayanan kesehatan yang memadai bagi para pengidap. Harapannya, ke depan kota Bekasi akan dapat terbebas dari penyebaran HIV/ AIDS. Semoga!
 


2 komentar:

CIAR mengatakan...

Betul-betul. Peran pemerintah dalam meminimalisir penyebaran AIDS harus lebih optimal

Unknown mengatakan...

@CIAR: Setuju sekali, pak... Mudah2an saja!

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...