Ads 468x60px

Sabtu, 03 Oktober 2009

Kelezatan Sate Domba Afrika

Makan. Awal September 2009 lalu, saya Achmad Annama (Anam) dan calon istri saya Merry (Merry Samsuri) datang ke Arabian Night Food Festival di La Piazza, Kelapa Gading. Selain untuk berbuka puasa juga untuk menikmati berbagai penganan yang tidak biasa. Penataanya sangat menarik, bernuansa Timur Tengah dengan puluhan set meja-kursi di bagian tengah. Sementara kios-kios para pedagang mengelilingi di pinggir-pinggirnya. Setelah membeli kue-kue dan es untuk ta'jil, kami bergantian memilih makanan. Pacar saya memesan Ayam Taliwang, sedangkan saya menjatukan pilihan Sate Domba Afrika.

Sate Domba Afrika? Iya! Pasti rasa penasaran anda sama dengan saya saat pertama kali melihat nama dari kios yang saya kunjungi. Meskipun saya sering membaca ulasan tentang makanan ini sejak beberapa tahun terakhir tapi saya sendiri belum punya kesempatan untuk mencicipinya. Hingga saat ini tentunya. Kios ini dilayani oleh anak buah Pak Haji Ismail Coulubally, yang memiliki kedai di samping Museum Tekstil, Tanah Abang. Saya pesan 1 porsi yang orisinil, artinya saya tetap akan memakan Sate Domba Afrika ditemani seporsi Pisang Goreng. Beberapa menit menunggu, pesanan saya pun siap. Di tangan kiri ada pisang goreng yang masih hangat dan di sebelah kanan ada potongan-potongan daging domba bertabur bawang bombai dan secuil sambal dalam mangkok kecil. Harumnya sangat menggoda, tapi ini belum waktunya berbuka puasa. He7x...

Loh, koq sate tapi tidak ditusuk-tusuk? Ini beda! Namanya saja Sate Domba Afrika, ya penyajiannya seperti di gurun Sahara sana. Menurut penjualnya yang masih muda, daging ini tidak sepenuhnya dibakar di atas ba, tapi melewati beberapa proses unik. Pertama-tama, daging domba yang didatangkan dari Cipanas ini dipotong menjadi beberapa puluh bagian. Kemudian dibakar di atas bara sambil sekali-sekali disemprot air, yang berguna agar api tidak terlalu besar, sehingga matangnya merata. Setelah hampir matang, daging-daging tersebut dipindahkan ke dalam panci dan diungkep. Selain untuk mencampurnya dengan bumbu, proses ini dipercaya untuk menghilangkan kandungan lemak di dalam daging. Setelah itu dibakar lagi dan dipotong-potong hingga kecil. Proses terakhir inilah yang dapat dilihat oleh para pembeli yang mengantri mengular.

Saatnya berbuka pun tiba. Setelah menikmati beberapa ta'jil, tanpa menunggu lagi saya langsung menyantap hidangan tersebut. Dagingnya empuk dan gurih. Teksturnya sangat mudah dikunyah, lembut di mulut dan cukup enak rasanya. Apalagi dikombinasikan dengan bawang bombai dan sambal campur mayonais. Dan yang pasti saya memakannya tanpa takut kadar kolesterol naik, karena bebas lemak. Tidak ada setetespun minyak keluar dari potongan daging domba ini. Puas! Bila ada kesempatan, saya dan pacar pasti akan mengunjungi kedainya langsung di Tanah Abang. Semata untuk menikmati hidangan ini lagi langsung di tempatnya. Menurut teman-teman, kedai pak Haji ini hanya menjual 2 ekor domba saja, jadi hanya buka 5 jam saja sehari, mulai pukul 10.00-15.00 WIB.

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...